Selasa, 08 Januari 2013

mie dan siomay

Dia bukan pria bukan juga wanita apa lagi seorang banci.
dia hanya seorang nasrani hamba tuhan selayaknya makhluk hidup
dikarikatur dunia.
awalnya hanya berfikir ini hanya sebuah kebetulan belaka,
yang digambar oleh kuasa dan hanya setitik harapan disebuah kotak mainan.
tak berprasangka akan kenal dengannya.

jumat kata orang itu hari mulia jika ada yang dipanggil sang khalik,
namun jumat ku istimewa karena hadirnya bayangan imajinasi itu,
sebuah bayangan yang membuat hati syahdu dan ingin selalu menyaksikan keindahannya diruangan itu, ruangan keheningan dan ketegangan psikis.
disetiap kesempatan jeda untuk menulis, aku melihatnya tersenyum, merengut dan kebingungan menghadapi sebuah kertas.
ia tersenyum melihat helaian-helaian kertas putih
ia kebingungan menyaksikan sederet alfabet yang terjajar disetiap lembaran kertas itu.
aku pun sama, tak peduli susahnya, namun yang pasti aku selalu mencuri detik untuk melihatnya.

hisapan rokok terakhir membuatku mengawang
membuat kisah indah yang akan aku lalui bersamanya, dirungan itu kisah imajinasiku tertuang tanda tanya.
begitu sempurna jikaku yang mengaturnya dan menyentuh disanubari ketidakmungkinannya.
sejak kenal tak pernah ia keluar dari asbak kepala ini, tempat puntung-puntung keterbatasan hati.
aku selalu bermain dengan pikiran-pikiran abstrak ini.
jika suatu saat nanti abstrak-abstrak ini berubah menjadi satu kesatuan gambar nyata yang bahagia.

siapa kamu? lalu lalang dan berani memberikan harapan perasaan kesalahan.
seorang hamba tuhan yang membuatku jatuh tertungkur dan memandangi kesedihan ini.
kami tidak akan bisa menyatu, kami berbeda segalanya. bukan hanya keyakinan tapi sebuah kebusukan sebuah permainan dunia.

disetiap langkah kaki gamang ini berjalan aku hanya melihat samar-samar, tak mau utk membuatnya semakin jelas, semakin ia sadar bahwa aku menyimpan sebuah balon gas misteri disebuah atap kerapuhan manusia.
kunci adalah tanda pertanyaan, kunci itu dipegang olehnya, aku siap menerbangkan balon itu bersamanya, balon perbedaan. balon kebebasan
aku diam karena aku takut, aku takut salah menangkapnya, menangkap sinyal keraguan dan keyakinan secara bersamaan.
dan aku mulai berbicara dengan sisi aku yang lain, sisi kegelapan.

jika tasbih dan salib tidak bisa berbicara maka biarkanlah mereka membisu utk selamanya. tak perlu tunggu tuhan yang akan turun tangan. perlahan aku mundur, aku ingin maju tapi hanya sebuah rasa dingin yang akan aku terobos, aku takut mati dalam kemaluan diri.
aku menunggu sampai jalan terus itu terbuka dan membiarkanku masuk kejalannya.
mie dan siomay perpaduan dimana kita membisu tak tahu harus berbicara apa.









0 komentar:

Posting Komentar

 
;