Kamis, 27 Juni 2013 0 komentar

we are bro

Sebuah percakapan absurd

Frans : oh sekarang nama gebetannya b toh
nathan :  opo cuk, kepencet cuk
frans : koe sudah punya wadon ?
nathan : belom
frans : kapan dapetnya? Hahaha
nathan : bukan urusanmu
frans : masih jutek aje lu, udah gede juga
nathan : hahaha
frans : eh tgl 22 aku gak bisa dateng karena kerja, malamnya kita berjumpa yah
nathan : ya

Esoknya di sore hari
nathan : aku tanggal 22 itu langsung pulang
frans : sekarang sudah dijakarta?
nathan : udah
frans : kamis malam mau kemana? Atau jumat malam mau kemana?
nathan : gak tau ituu, pergi ae wes, asal jok mbe oma
frans : jok mbe oma apa artinya?
nathan : jangan pergi sama oma
frans : iya aku sama kamu ae perginya
nathan : yo

Esoknya lagi
frans : de nanti jam 7 malam bisa gak ke TA atau CP?
nathan : gak tauu
frans : kamu nginep di hotel atau dirumah saudaramu?
nathan : saudara, tapi sekarang lagi nginep dirumah temanku
frans : yowes kalau bisa usahain nanti malam
nathan : ya

Selang beberapa jam sehabis maghrib
frans : dimana?
nathan : dirumah e temanku
frans : gak jadi nanti ?
nathan : gk tauuu, aku mau ketemu ray masihan
frans : yaudah gpp kamu juga udah lama gak ketemu sama ray kan, tapi aku bisanya malam ini ketemu kamu e, jumat sama sabtu gak bisa soalnya karena pulang jam 10 malam.
nathan : Ooooo

Malamnya 23.40
nathan : besok ae isa?
frans :nanti aku kabarin ya, kalau nanti pulang kantor cepat tak kabari kamu
nathan : ya

Jumat , 21 juni 2013 diwaktu sore
frans : nanti jam berapa? Di TA apa CP?
nathan : gk tau, isa e jam berapa
frans : lah piye gak tau bisa nya jam berapa
nathan : Ooooo
frans : kamu bisanya jam brp? Jam 7 malam bisa?
nathan : duuh gatau wess
frans : yowes!!

Saat itu harapan seperti hilang, gua tidak akan bertemu dengan dia saat dia dijakarta, namun selang 2 jam kemudian di waktu maghrib harapan kembali menjemput.

nathan : aku gak ngerti nyanyi solo ku nanti
frans : memang kamu disuruh nyanyi apa sama panitianya?
nathan : gak tau, aku pikir acara e nyantaii, Cuma ketemu gito tok.
frans : sekarang kamu dimana?
nathan : dirumah
frans : ayolah ke CP atau TA sekarang!
nathan : kak frans dimana?
frans : aku dikantor dekat senayan
nathan : Lahh
frans : ini udh pulang kerja, Alhamdulillah hari ini bisa pulang cepet
nathan : okeee,di tunggu
frans : sip, nanti aku kabari kalau udah nyampe TA atau CP
nathan : jemputin aku kesini aee
frans : kemana?
nathan : rumah saudaraku ini
frans : rumah saudaramu yang dulu aku pernah kesana?
nathan : iya yg dulu
frans : waduh, aku rada2 lupa dimananya, alamat lengkapnya tau gak?, yaudah nanti aku samnil tanya2.
nathan : alamatnya blablablalalala, ok

Beberapa jam kemudian jam 19.00 wib
nathan : jemputen aku
frans : iyeh ini udah di rcti
nathan : ok
frans : ada helm gak? Pinjem helm saudaramu
nathan : gak, gak ada motor disini
frans : oke oke

Gua sempatkan untuk membeli helm terlebih dahulu ditepi jalan, helm murah seharga Rp. 50.000 berhasil gua miliki, perjalanan berlanjut, sesampainya disebuah gang gua bertanya sama tukang ojek yanag disitu. “pak tau alamat ini ….”, “tau mas”, “bisa antarkan saya kealamat ini”, bisa mas, ikutin motor saya aja dari belakang”, beberapa menit kemudian.

frans : aku sudah nyampe de
nathan : iya bentar.

Pintu gerbang rumah besar itu terbuka, suara gembok kunci yang terbentur pagar besi membuat berisik telinga, suara langkah langkah kaki terdengar, bayangan hitam dari cahaya lampu malam itu semakin mendekat. “mari pak saya duluan, artisnya sudah datang”, sapa gua kepada pak supir yang ada disitu.
Tanpa salaman, tanpa toss dia berkata “mana motormu, sini aku yang bawa”, “udah bisa naik motor belum? Kagak ah ngeri”, “dimalang aku sudah bisa bawa motor”. Dia langsung naik dan menyalahkan stater. Motor itu berjalan beberapa meter dari tempat awalnya dan berhenti. “udah sini aku aja yang bawa belom punya sim aje, pake nih helm” ia memakainya dan motor pun pergi meninggalkan kawasan tersebut.

Didalam perjalanan entah apa yang kami omongkan semua berasa berjalan begitu saja, “mau kemana kita CP atau TA?”, “TA ajalah” katanya. “markir dimana?” kata Nathan, “di tempat parkir motorlah”, “bodoh, aku juga ngerti”. Gua tertawa. Sip sudah sampai, kami berjalan dari tempat parkir motor hingga memasuki pintu mall taman anggrek. “ada artis nih kesini”, celetuknya. Gua hanya tertawa. Melewati pintu mall yang berputar langkah kaki kami entah ingin menuju kemana, anak escalator kami naiki, berputar dari satu lantai kelantai lain,”kita ini mau kemana” sambil menekan nada pembicaraan, “udah nonton man of steel? Dimalang belum ada kan”, “belum, tapi sudah ada dimalang”, “nonton itu aja yo”. “gak ah aku mau nonton dimalang aja”, tutupnya. Kami masih berjalan menyelusuri mall ini sambil berbicara yang aneh-aneh hingga gak jelas, itu sudah jadi tradisi jika kami bertemu.

“kamu sudah makan?”, “belum”, “yaudah makan aja nyok, terserah kamu mau makan dimana, aku ikut aja”, “kita makan hachi-hachi aja” jelas Nathan. Sesampainya didepan tempat makan tersebut ia berbalik arah “jancuk rame, cari tempat lain aja”, katanya. Setelah berputar-berputar Nathan memutuskan untuk makan di pizza hut “wes disini aja, gak rame”, “siap”, kata gua.

Sambil menunggu makanan yang kami pesan, Nathan bercerita banyak tentang dirinya yang berada dijakarta, dari ketemu ray, temannya, hingga masalah pribadi yang hanya gua dan Nathan yang tau. Malam itu Nathan berubah jadi anak pintar berbicara dan mematikan omongan setiap apa yang gua berikan ke dia, gua hanya menggeleng-gelengkan kepala. Intinya perbincangan kami saat itu ialah sebuah kata pilihan. Pilihan untuk menjalani hidup, pilihan untuk melanjutkan hidup, sebuah pilihan yang bisa berakibat fatal jika salah untuk melangkah. “ya semua itu pilihan cuk”,kata Nathan, “sebuah pilihan yang ga boleh salah ya de”, gua menambahkan. Akhirnya makanan datang, Nathan pun nambah untuk memesan makanannya. Nathan minta diajari bahasa anak Jakarta, dari men, coy, blay, bor, brur dan kata2 yang lainnya. Dia pun ngajarin gua dengan bahasa malang yang sedikit sulit untuk diucapkan dengan arti yang agak sedikit fulgar. Hahahaha. “pesen aja kafrans nanti aku yang bayar” dia pun mengeluarkan dompetnya dari saku celana belakang dan menunjukan isi didalamya, “tuh banyak”, katanya. Gua hanya tertawa dan berkata, mantab.

Ada kejadian lucu pada saat kami ingin memintal bill, Nathan segera mengeluarkan dompetnya kembali dan mengasihkannya ke gua, “pake uang ku saja”, “halah gak usah, tenang aku sudah kerja, selow”, gua beranjak dari tempat duduk itu dan segera menuju kasir. “aku juga udah kerja, udah bisa dapet duit sendiri”, celetuknya, “udeh simpen aje duitnya”, “bodoh”, candanya. Setelah gua membayar bill kami meninggalkan tempat makan ini dan berjalan kembali menyelusuri mall taman anggrek kembali, “aku mau ketempat artis yang ada syuting-syuting atau ada artisnya dimana ya?” kata Nathan. “dimana ya aku jg gak tau, ada sih di senayan acara jackloth ada artis-artisnya, tapi jauh nti kemaleman baliknya”. “tapi aku mau ketempat syuting, aku kangen suasana kaya gitu-gitu”, Nathan berkata. ‘”yaudah nonton x-factor aja yuk di rcti” kata gua, “udah abis bodoh acaranya”, kata Nathan. Hahahahah gua tertawa. “perutku sudah kotak-kotak loh”, nathan sambil memegang perutnya, “aku juga udah kotak-kotak tapi hanya 1 kotak besar”. Bls gua. Kami tertawa kembali.

Kami berjalan keluar untuk melakukan operasi kerahasiaan Negara dan berbangsa, halah. Dan sampailah kami ditempat rahasia, disana kami menggila, “potoin aku”, Nathan mengambil ancang-ancang untuk difoto. “sip udah”, “mana? Jelekkk, ulang lagi potonya “harus begini harus begitu” ”,ujarnya. “udeh bos, cakep nih potonye”, gua terpaksa berbohong agar cepat selesai, haaaa, Nathan pun menyetujuinya. “udah yuk cari supermarket aku mau cari minum, haus”, jelas Nathan, “disini emang gak ada foodhall atau apalah”, gua menyambung perkataannya, “dimana ya yang ada alfa atau indomaret didaerah sini adanya dibelakang GT”, kata gua, “kita ke GT aja, boleh e sama satpam?”, “boleh, bilang aja mau ketemu siapa kek disana, gampanglah, mau ke GT?”, “yaudah ayo”, Nathan bersemangat.

Dari mall taman anggrek menuju GrandTropic tidak perlu memakan waktu yang banyak hanya beberapa menit saja motor yang kami naiki sudah rapih terparkir di GT. “kapan terakhir kali kesini cuk?” Tanya gua, “gak tau”, sambil tersenyum dan matanya melihat gedung tinggi tersebut dari parkiran motor, seakan Nathan melihat segerombolan kenangan beberapa tahun lalu ditempat ini, ia mencoba menyusun kepingan-kepingan puzzle kenangan itu. Nathan berjalan didepan terlebih dahulu menuju lobby GT, gua mengikutinya dari belakang, Nathan menuju kolam pasir air yang berada dibelakang “kayanya dulu gak ada airnya ya de nih kolam” Tanya gua. “ada cuk dari dulu, haduh”, jawab Nathan. Nathan memutuskan untuk duduk didikursi dekat serambi agak ke kanan yang ada mejanya. Disini kami kembali opereasi kerahasiaan Negara dan berbangsa. Kami menggila kembali disini. “aku ditawari masuk management artis sama kak tias, tapi aku gak mau”, nathan bercerita, “ambil aje cuk biar bisa eksis lagi”, “emoh, aku mau beli minum dulu”, nathan berjalan menuju supermarket GT selang beberapa menit kemudia, agak lama, entah apa yang dilakukan dia disupermarket itu, nathan kembali “wih “menggila” mulu ka adit”, katanya. Kami kembali berbincang-bincang. Tidak terasa waktu sudah pukul 22.30 malam. “udah ayok kita pulang”, kata nathan, “ayok udah malam juga besok kesiangan lagi, aku nanti yang disalahin oma”, gua sambil tertawa. Kami meninggalkan tempat itu, tp nathan tidak langsung kea rah tempat parkir motor ia kembali lagi masuk ke supermarket, gua menunggu didepan, ia membeli sebungkus kacang dan coklat top. “aku makan kacang dulu”, sambil berjalan menuju lobby tengah tempat biasa orang-orang menunggu jemputan mobil. Kami berbincang kembali tentang seorang perempuan “cakep gak dia?”, “lumayan cakep”, jawab gua. Nathan terdiam sambil melanjutkan memakan kacang. “abisin nih kacangnya, nih sama topnya juga”, kata nathan, gua langsung memakan kacang dan top yang dibelikan dia saat itu. Kamipun memutuskan untuk pulang. Ditempat parkir “bilang panitia untuk besok, aku gak tau nyanyi apa buat besok”, tutupnya.

Ditengah perjalanan, malam itu susansa kota Jakarta masih macet, nathan geram dengan kemacetan Jakarta, “jan**k Jakarta malam masih aja macet”, tuturnya. Akhirnya kami sampai didepan gerbang rumah saudara nathan, ia turun dari motor dan memberikan helm yang ia pakai ke gua, ia berjalan menuju gerbang, gua turun untuk mengantarnya sampai depan gerbang, ting nong, nathan memencet bel rumah, tak lama kemudia asistent rumah tangga membuka kunci pagar, “goodluck de untuk besok MNG nya”, “iya”, singkat jawabnya ia masuk ke dalam dan gua kembali menaiki motor dan bersiap pulang kerumah. Hari itu kesedihan menembak suasana karena besok kerja gua gak bisa ikut MNG nathan, terakhir hari itu gua bertemu dengan nathan.perpisahan malam itu tanpa tosan, tanpa salaman, seakan kami tidak mau adanaya perpisahan.

Sabtu 22 juni 2013, pukul 07.00

Nathan : aku nyanyi lagu opo nantii
Frans : wanted!
Nathan : gak apal
Frans : yaudah lagu yang kamu apal aja
Nathan : gak ada yang apal
Frans : zzzzzzz
Nathan : ka frans nanti datang kan?
Frans : aku kerja de, kan kemarin udah gua bilang
Nathan : bodoh, izinlah dari kantor, bilang ada acara

Gua gak membalasnya lagi karena gua bingung mau bls apa, gak tega untuk menolaknya. Jam 09.00 nathan kembali menanyakan

Nathan : entar datang kaga?

Lebih baik gua gak membalasnya kembali.

Waktu dihari sabtu sangat cepat berlalu bagai angin yang tak terlihat berlari namun dapat dirasakan oleh naluri. Pekerjaan tak berkonsentrasi karena menuju pada satu lokasi di tmii.

Pada suatu sore hari masih di hari sabtu

Frans : hati2 bor dijalan, kapan2 kita ngeflay lagi yaks haha
Nathan : yoi blay.

 
;