Rabu, 05 November 2014 1 komentar

Mata Tidak Berpasang

Pernah kalian berdiri hanya pada seperempat kaki? jangankan seperempat, setengah saja bakal ambruk terpontang panting dan hancur lembur berkeping-keping. Ada zat pengantar yang tidak bisa dijelaskan apa nama maksud dan tujuannya masuk ke rongga yang menyebabkan susah untuk mengela satu tarikan nafas, tercekat. 

Ada yang menafsirkan bahwa zat ini hanya bisa dirasakan si empunya jiwa dan aku menamakannya mata. Seperti mata kaki ia menjadi penopang agar seimbang, seperti mata rantai hewan siapa yang paling berkuasa ia akan ada di atas dan yang dibawah akan tergusur tersungkur. Mengenalnya bukan hal yang awam, sejak rambut diatas kedua bola matanya yang indah tumbuh aku sudah melukiskannya disanubari. Saat kepalanya berteduh di bahuku saat kita mengabadikan lewat mata camera aku menganggapnya dalam diam.

Aku menyukainya tanpa suara, hanya bisu yang terdengar untuknya,atau mungkin aku hanya menganggapnya seorang adik perempuan yang harus dijaga. Saat ini mata sudah menemukan tempat berteduhnya, tak perlu lagi aku menjaganya. Bukankah kata orang hal yang paling hakiki dalam mencinta ialah saling mendoakan, ternyata hal itu salah, aku memang mendoakannya, mendoakan agar mata terlepas dari retinanya. 

Kehilangan sosok mata seperti berjalan dilorong yang gelap tanpa sinar, saat itu ketika aku sadar ia telah menemukan cahayanya, maka aku terjatuh terseok-seok dan meyakini bahwa aku sudah tidak waras lagi karena mata, mata telah di pasang tidak untuk dilepas lagi olehnya. mata sudah terantai.

Semua pernah merasakan kekososongan dan akan mencari cara agar dapat kembali terisi namun itu semua perlu waktu tidak gampang. seperti seorang balerina yang mampu membentuk telapak kakinya tegak agar dapat menari ballet yang sesungguhnya, perlu waktu untuk itu, namun waktu tak kenal kompromi, ia begitu egois ia tidak akan memberitahukan kapan waktu yang pas untuk mengisi kekosongan itu. 

Kini aku seperti memakan huruf yang hampa dan tidak bermakna. menelannya dengan nikmat karena terpaksa, tidak ada rasa, menyedot minuman cemburu yang aku tuang sendri di gelas penyesalan. Aku masih memikirkan mata yang saat ini dapat meihat dunianya dengan retina yang selalu menjaganya.

Mata mungkin aku tidak bisa menjadi retinamu yang dapat memberikan warna, namun jika suatu hari nanti semesta memberikan tandanya kepada ku, aku akan menjadi mata kanan mu yang akan melengkapi mata kirimu. sehingga kita mampu melihat dunia dengan mata yang lengkap tidak buta seperti sekarang. 

untuk, Permata.

 
Rabu, 15 Januari 2014 0 komentar

one

Ahsan masih tidak percaya bahwa esok umurnya akan bertambah, ia tidak dapat membayangkan apa yang harus diperbuat ketika matahari 26 berainar. Malam ini udara dingin memasung pikirannya ia berharap esok tak akan pernah ada dalam hidupnya.

Ia masih tergeletak diatas sajadah berwarna coklat yang terdapat gambar kabah dan tulisan ALLAH SWT yang membuat air matanya turun tanpa permisi. Kedua tangan menadah ke atas dan mulutnya terbuka seperti meminta doa, hening menderanya.

2 jam lagi ia akan gelisah, entah apa yang harus ia lakukan kelak, tak ada sinar dikamarnya yang berukuran 4x3 tersebut. Ia tidak menggunakan dua bola matanya untuk melihat namun dengan mata hatinya ia meminta. Hatinya berbicara " Tuhan, engkau sudah banyak memberikan karunia dan nikmat kepada ku, tapi ada satu hal sampai saat ini aku belum memetiknya, mau bantu aku?" Ahsan masih membiarkan butiran air suci membasahi kedua pipinya.

Masih dalam keheningan, kali ini ia melihat dengab matanya, jarum jam sudah menunjukan pukul 23.59, permintaan yang tidak bisa terelakkan apa ia bisa menggapainya, apa tuhan akan membantunya, ada apa dengan 26? Apa Tuhan akan mengabulkannya? Disisa waktu 1 menit nya apa ia akana berhasil? Esok 16 januari ahsan akan memasuki usia baru dan bertepatan dengan itu ia ia akan interview kerja disalah sati tv dijakarta. 1 hal yang pasti cita-cita ahsan akan berkelana esok hari seiring dengan usia barunya.
 
;