Kamis, 21 Februari 2013

2 HARI "Alvin & Shilla"



7 hari dalam kalender hampir sudah aku bertemu dengannya. Setidaknya dari 7 hari sudah 4 hari aku melihat mata tajamnya, senyumnya dan suaranya. Jumat, sabtu dan yang terbaru ini senin dan selasa. Nama-nama hari itu sudah terpaten dipikiran ku atas semua kejadian yang telah terjadi bersamanya. Hari-hari itu mungkin tidak special untuk dirinya namun berbeda dengan ku, aku seperti orang yang kehilangan akal sehat yang selalu mengingat hari-hari itu disetiap kapanpun, mungkin jika ditanya ada berapa hari dalam seminggu aku akan menjawab ada 4 yaitu senin, selasa, jumat dan sabtu. Aku juga tidak mengerti mengapa tuhan masih berkenan untuk mempertemukan aku dengannya, yang pasti Tuhan mengetahui apa yang sedang terjadi disegala detail aspek kehidupan hambanya.
                                                                                                              
Hari itu, senin kami kembali dipertemukan, dipertemukan kembali dalam situasi mencari pekerjaan, ya kami ada psikotest kerja. Sebenarnya jadwal test aku dengannya berbeda , aku pagi hari dan dia siangnya, aku jam 08.00 Wib dan ia jam 13.00 Wib. Namun seolah Tuhan sudah membuat garisnya. Aku sampai tempat test itu jam 08.00 wib lewat 5 menit tapi bodohnya aku lupa membawa berkas utk persyaratan test. Berkas itu aku dapat dari email yang dikirim oleh perusahaan tempat aku test sebagai bukti dan harus dibawa ketika test berlangsung. Alhasil aku harus mencari warnet disekitar jalan raya gatotsubroto. Langkah kaki yang bergerak cepat seperti di ikuti jambret dan air keringat yang bercucuran aku tak perduli, aku harus mencari warnet untuk nge-print kembali surat keterangan test itu. Hampir setengah jam bingung mencari warnet di dijalan raya yang notabennya jarang ada di jalan umum kota besar, aku bertanya dengan orang-orang yang sedang berada dijalan, akhirnya aku diberitahu ada warnet diperumahan warga yang lokasinya lumayan jauh dari lokasi test. Sialnya warnet yang berhasil aku temui belum buka, terpaksa aku mengetuk pintu agak kencang bisa dibilang agak menggedor. Lama hampir 10 menit tak ada jawaban dari dalam, aku pesimis dan berfikir harus mencari tempat lain, namun tiba-tiba dari dalam rumah tersebut terdengar suara orang lagi membuka kunci pintu. Ahhh Alhamdulillah puji ku, “sebentar ya, baru buka, lagi dihidupkan dulu internetnya” celetuk mas-mas penjaga warnet tersebut. Tidak lama aku sudah mem-print surat itu, aku berlari kecil ke tempat test, sesampainya disana dengan keringat yang over dosis keluarnya mbak-mbak cantik tinggi semampai yang bertugas dimeja informasi mengatakan untuk test yang jam 8 pagi sudah dimulai dari tadi karena aku telat, disarankan untuk ikut test berikutnya jam 1 siang.

Dia belum datang saat itu, aku menunggu lama …
Sampai akhirnya ia tiba dan aku kembali bertemu dengannya. Rasa canggung ku menjadi pijakkan saat melihatnya kembali, mungkin saat itu ia melihat raut wajahku yang tegang bercampur senang seperti orang yang sedang menahan pub, mungkin. Pada saat kami ngobrol disaat itu juga ia bertemu dengan teman kampusnya, teman kampusnya itu datang dengan temannya, ternyata mereka ikut test juga.  Aku biarkan mereka berbincang-bincang dan duduk geletak di ubin depan lobby tempat test kami, aku juga duduk namun tidak terlalu dekat, aku hanya menyaksikan mereka dari belakang, aku juga tidak mau tahu apa yang mereka bicarakan. Namun aku sedikit mendengar samar-samar jika ia meminta pin temannya temannya itu. Aku hanya bisa menunduk dan rehat untuk berfikir, dalam hati mungkin ia suka dengan orang itu. Aku layu siang itu

Sambil menunggu panggilan test, perut pun terasa lapar, kami mencari makan dan untungnya ia tidak mengajak teman-temannya itu untuk ikut makan, ah sedikit senang. Kami mencari tempat makan dan ketemulah kantin, dikantin itu terdapat banyak makanan mulai dari gado-gado hingga makanan padang. Ia menjatuhkan pilihan nya ke soto ayam dan aku lebih memilih bakso malang. Saat itu ia lagi tidak enak badan, ia pilek dan kepalanya pusing, aku tidak tega melihat dia sakit, pada saat itu aku ingin bilang sudah minum obat belum atau cepat sembuh yah, namun aku tidak berani melontarkan kalimat tersebut dari mulut ini. Setelah selesai makan kami kembali ketempat test, ada rasa teramat nyaman jika aku berada dekat dengannya, rasa yang tidak mau jauh darinya, sebuah rasa yang misterius. Aku … aku tidak yakin menyebutkan apa nama dari rasa ini. Misterius

Test pun tiba, dan ia memilihkan tempat duduk untuk ku, tepat dibelakangnya. Dari belakang tubuhnya aku sanggup menatap bahunya, rambutnya hingga punggungnya, namun aku tak bisa melihat wajahnya. Didepanku ia tersiksa oleh penyakit pileknya, saat itu ruangan test sangat dingin aku tak tega melihatnya. Test selesai dan kami pun bergegas pulang, menuju lantai bawah karena tempat test kami berada dilantai atas kami berbincang-bincang kembali soal pertanyaan-pertanyaan dari soal test itu, kami tertawa dengan jawaban-jawaban yang menurut kami tidak yakin, sesampainya dilantai dasar aku memutuskan untuk shalat ashar terlebih dahulu, yang aku tangkap dari gelagatnya ia ingin menunggu aku shalat, tapi cepat-cepat aku berkata kepadanya untuk pulang duluan, kami berpisah ditempat pintu lobby gedung itu. Selesai shalat aku berjalan menuju tempat parkir motor, aku berjalan lemas tak bergairah karena takut tidak lolos interview dan tidak ketemu lagi dengannya. Sesampainya ditempat parkir mata ini seakan diarahkan oleh aliran magnetik yang aku sendiri tak tahu aliran apa ini namanya, mata ini di dorong agar melihat kearah tumpukan motor yang sedang antri keluar dan aku melihatnya dia berada dalam antrian tersebut, sebaliknya ia melihat aku sedang berjalan menuju motorku singgah. Mata kami bertemu, Aku hanya senyum melihat ia melihatku, karena jarak antara aku dan dia cukup jauh, dia seperti berkata sesuatu, aku hanya mengangguk-angguk kepala saja karena aku tak mendengarnya ia berbicara apa. Pengumuman test hari ini akan diumumkan nanti malam dan kami pun pesimis untuk lanjut tahap interview.

Malam hari tiba saatnya melihat pengumuman, apakah aku dan dia lolos ketahap berikutnya, perasaan deg-degan luar biasa, jantung mau keluar dari rongga dada. Klik aku menekan mousse dan jrenggg nama kami berdua ada di web pengumuman Alvin simorang dan Shilla framelia. Kami lolos tahap interview dan besok diharuskan hadir kembali ditempat yang sama, senang rasanya, senang bukan karena lolos tahap selanjutnya tapi karena aku akan bertemu kembali dengan alvin. Terima kasih tuhan, kami pun janjian besok untuk hadir jam 12 siang.

Esoknya, selasa siang jam 11.00 wib, hujan mengguyur kawasan kebayoran lama, terpaksa aku meneduh menunggu air langit berhenti turun. Tiba-tiba bb bergetar “dimana lu shil” alvin nge-bbm. Jangan Tanya bagaimana perasaan aku saat itu, kalian pasti bisa menebak bagaiaman rasanya, walau hanya bbm seperti itu pasti rasanya happy banget kan? Apa lagi itu orang yang .. hmm.. orang yang kita taksir. “dikebayoran lama vin, lagi neduh hujan disini, lu dimana?” ah aku tak tahu harus balas apa. “udah nyampe gua, udah reda dimari” bls dia. “yaudah gua otw, udah redaan juga disini” aku pun bergegas menggunakan jas hujan, kemeja aku lepas dan dimasuk kan kedalam tas agar tak basah, kebetulan kemejanya aku dobble-in kaos. Sepatu juga aku lepas dan dimasuk kan didalam jaket yang aku gunakan, terasa gendut perutku, aku hanya menggunakan kaos kaki selama perjalanan. Saat itu sebenarnya hujan masih cukup deras, namun karena ia sudah sampai aku cepat-cepat ingin sampai disana dan bertemu dengannya. Itu namanya … ahh aku tak mau melanjutkan kalimat tersebut.

Sebelum sampai tempat test, aku mampir terlebih dahulu di pom bensin untuk mencuci kaki dan menggunakan sepatu dan kemeja kembali, agar sampai sana terlihat sudah rapih. Setelah beres aku melanjutkan, tempat testnya berada disamping pom bensin tempat aku mencuci kaki. Sesampainya di tempat test aku menaiki escalator dan kembali aku menangkap dua bola mata sedang memperhatikanku dari lantai atas, dia sedang melihat ke arahku dan aku pun melihat ke arah dirinya, aku tersenyum ia menganggukkan kepala, mata ini kembali diarahkan oleh sebuah alirah magnetik ke arah dirinya. Canggung, itu kesan pertama saat bertemu kembali, gak bisa diam, salah tingkah, aku memang manusia aneh yang tak bisa menutupi kecanggungannya. Orang seperti ku ini wajib dijaga agar tidak punah. Namun saat itu aku sedikit mencemberutkan hati, karena apa? Karena ia diatas sedang berdua dengan temannya temannya dia yang kemarin (setau aku) yang dimintai pin bb olehnya. Mati dalam hati. Daripada mengganggu mereka aku ingin turun kebawah saja, ingin shalat dzuhur tapi aku kaget ia malah ikut aku untuk kebawah tidak menemani orang itu di atas (mungkin sekarang gebetannya) aku terkejut. Atau itu hal biasa?. Aku mencaci maki pikiranku sendiri. ia ikut ke bawah bukan untuk menunaikan shalat, ia non muslim, tapi aku bangga terhadap dirinya. Ia menunggu ku didepan lobby, ia duduk disana. Di dalam musholla aku menundukkan kepala diahadapan Allah, aku berdoa agar aku bisa bertemu terus dengannya, bisa melihat senyum manisnya yang berlsung pipi dan suaranya. Setelah selesai shalat aku duduk menghampirinya, disampingnya aku kembali merasa nyaman, berharap waktu tidak cepat habis dan pergi saat itu. Disamping kanan ku mata itu tajam menatap ku, tajam sekali, tatapan yang aku rindukan sejak pertama kali aku bertemu dengannya, tatapan penuh tanya atau mungkin tatapan keanehan, yang pasti aku suka dengan tatapan mata itu. Tak ada 30 detik ia menatapku dari samping, aku menolehkan wajahku ke wajahnya yang sedang menatapku, mataku bertemu matanya, saat bertemu ia memalingkan wajah dan tatapan mata itu, aku menikmati tatapan itu, aku biarkan tajamnya merobek jendela hati, biarkan ia merobeknya dan biar nanti aku yang akan menjahit sobekan itu sendiri, aku masih terdiam menyaksikan.

Kami kembali keatas, menunggu tahap interview, tidak ada bangku yang kosong saat itu bangku semua terisi oleh manusia-manusia yang sedang mencari kerja termasuk kami, aku dan dia berdiri bersandar ditembok bolak-balik tak jelas sampai akhirnya kami berdiri bersampingan sambil merebahkan tubuh ke dinding, kami berbicara saling berdekatan, saat itu jarak terdekat wajah kami saling menatap dan berbicara. Aku mencium aroma parfum dari tubuh dan bajunya, saat ini aku merindukan aromanya. Lama kami berdiri, akhirnya ia mendapatkan tempat duduk, aku masih berdiri. Tiba-tiba bb ku bergetar, bbm darinya “shil kebelakang aja, deket toilet”, aku juga sudah dapat tempat duduk namun jauh dari tempat ia duduk. Aku senang ia bbm seperti itu, ia perduli terhadapku, namun aku belum tahu perduli karena hanya menganggap teman atau lebih, aku ingin pernyataan yang kedua. “kemari aja shil” ia bbm kembal, “ada bangku yang kosong?” bls ku. “geletak dibelakang kosong sih” blsnya. Kembali aku bertanya, apa memang ia tak mau jauh dari ku atau karena kasihan aku duduk sendiri, aku mengira pasti karena pernyataan yang kedua. Aku menghampirinya dan aku beruntung melihat ada bangku tak bertuan didekatnya, aku pun duduk disamping kedua darinya karena disamping ia duduk sudah ada orang. Tak lama ia dipanggil terlebih dahulu untuk masuk interview, ia melangkah ke depan, mataku tak sengaja mencarinya dan pada saat itu matanya menemukan mataku yang sedang melihatnya, mata kami kembali bertemu. Dari jauh ia sedikit menganggukkan kepala seolah berkata gua masuk duluan ya, aku pun menganggukkan kepala ku sembari tersenyumm dan seolah berkata pula iyah goodluck. Namun saat itu aku melihat tatapan mata kesedihan atau syahdu berbeda dengan tatapan-tatapan sebelumnya. Ia pun memasuki ruangan interview, aku sendiri menunggu diantara orang-orang pencari kerja. Sempat-sempatnya ia bbm cumin bilang “duluan ye shil, masih antre lagi hahaha”, ini yang membuat aku merasa ada sesuatu didirinya, namun aku juga yakin kalau itu hanya sekedar bbm ke teman biasa. Bergejolak.

Hampir 1 jam namaku belum dipangil-panggil, aku khawatir dia selesai terlebih dahulu, lalu pulang dan aku sendirian. Benar saja sebelum aku masuk dia sudah keluar, "dimana shil" ia nge-bbm. Kami bertemu ia menceritakan didalam ditanyai apa saja oleh sang algojo penerima kerja. Setelah ia menceritakan ia izin utk makan siang, krn ia belum sempat makan begitupula jg dengan aku. Tp aku tdk ikut makan dgnnya krn takut namaku dipanggil. "Gua makan dulu shil, nti gua ke atas lg, gua kesini lagi". Ia turun utk makan dan aku kembali duduk menunggu panggilan, kenapa lama sekali namaku dipanggil pikirku, mungkin namaku tak komersil utk dipanggil, atau berkas cv ku terselip dan terbuang masuk ke tong sampah. Ada setengah jam aku masih menunggu, tiba2 bbm ku kembali bergetar "udh msk shil?" Isi bbmnya. "Belum, lu mau balik?" Blsku. "Gua diatas nih, lu dimana?". Ia berdiri didepan tangga eskalator,dan aku menghampirinya, Kami bertemu kembali ia sudah selesai makan, dan sial perutku lapar, aku memang blm sempet makan tadi. Kami berdiri mencari bangku yg belum diduduki oleh orang2, dan kami menemukan bangku yang berada dipaling belakang, duduk lah kami berdua saling berdampingan. Aku tak mengingat apa saja yg kami perbincangkan, yg aku tau aku gak mau jauh dari tempat duduk itu atau mungkin aku gak mau jauh dari hamba tuhan yg ada disampingku. Aku nyaman didekatnya, aku ingin bersender dibahunya sambil menunggu antrian ini. Aku terhipnotis olehnya. Tiba2 ia membisikkan ke kupingku, iyaa itu jarak terdekat wajahnya berdekatan dengan wajahku, sangat dekat! "Sebelah kiri lu yg pake baju merah,td didalem disuruh nyanyi", aku gak perduli ia membisikkan apa, yg aku tahu itu jarak terdekat aku dengannya. Tuhan jangan cepat-cepat ia selesai menjauhkan mulutnya dari telingaku. Aku ingin dekat seperti ini. Dekat sekaliii.. Jika dalam tata surya planet mars pernah mendekati bumi dengan jarak terdekatnya maka kejadian itu jarak terdekat wajahku berdekatan dengan wajahnya. "Gua tungguin lu masuk sampe jam 4 ya shil", "yaelah gpp vin,balik duluan jg gpp" "gak enak gua sama lu". Celotehnya. Aku semakin yakin jika ia perhatian dengan ku, tp aku jg yakin ia menungguku karena tidak enak hati , karena aku temannya. Disini naluri dan persepsiku kembali bertengkar. Saat itu masih jam 15.30 wib, ia menemaniku hampir setengah jam, "udh jam 4 vin, ggp balik duluan sana" aku berbicara padanya. "Iya gampanglah shil, 10 menit lagi gua tungguin deh, kayanya lu sebentar lagi dipanggil nih". Aku gak bisa ngomong apa-apa lagi, aku mau nangis, aku lemas, gak perlu ia seperti itu seharusnya. Membuatku merasa ada yang aneh, atau aku yang memang berlebihan menanggapinya, Aku tak membalas, aku hanya diam, 10 menit terakhir itu kami sama2 diam. Sisa-sisa menit itupun datang "Gua balik ya shil, gak enak gua sama lu nih" , "selau aja vin, gpp makasih ya", "yaudah gua balik ya shil, nanti kabar-kabarin ajalah gimana", "yo vin,semoga sukses". Ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan aku saat itu, ada rasa sedih, krn aku berpisah dengannya, tapi aku kembali berfikir kneapa ia rela menunggu ku walau tdk sampai aku masuk. Mungkin krn ia tidak enak hati jika ia pulang duluan, aku mengompori diriku sendiri. Dari belakang punggungnya aku melihat ia turun kebawah, aku terus menyaksikannya hingga ia hilang dari penglihatanku. tak lama ia pergi namaku dipanggil "shilla framelia" .aku pun masuk siap utk interview.

Selesai aku di interview, aku dikejtukan kembali oleh bbm nya "udh kelar bos", aku tersenyum membacanya, orang ini selalu penuh tanya. "Udeh om gak lama lu balik gua dipanggil" bls ku. Siapa yg tidak senang diperhatikan oleh orang yg sebenarnya kita mempunyai rasa, namun kita tidak berani untuk memperlihatkannya. Biarkanlah rasa ini tumbuh liar sampai nanti keliarannya tdk bisa utk di jinakkan. Sangat sulit saat ini utk mendefinisikan sebuah rasa yg semakin hari semakin tumbuh liar tak terpagar. Ketika kata nyaman terbaring lemah saat berada didekatnya, pada saat itu juga rasa menunjukan jati dirinya utk berkata lihat aku.

Cerita ini masih berlanjut apakah mereka sama-sama diterima kerja? Atau meungkin diantara mereka harus ada yg diterima dan hrs ada yg tidak diterima atau mungkin mereka berdua sama-sama tdk lulus interview. Soon "40 jam"
 

 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;