Rabu, 16 Januari 2013

Jumat

aku  tak tahu harus bagaimana
disaat aku ingin mundur, disaat itu ia bergerak
aku sudah tak ingin lagi untuk berspekulasi, lelah.
aku sudah ingin menguncinya di tidak kemungkin hati.

disaat pertama kali bertatapan, hanya berharap akan bertemu kembali dalam suatu ruangan kisah.
namun pertemuan kedua ku kembali terjadi
anehnya di hari jumat
tepat tiga minggu yang lalu awal aku kenal dengannya dihari jumat juga.
jumat itu aku merasa hidup, aku merasa nyaman disampinya
aku bersyukur jumat itu aku lebih mengenal dirinya.
dan akupun dikenalkan dengan si sambel merah, sambel favoritnya ditempat makan tersebut.

diantara air hujan yang turun malam ini
diantara itu juga terjatuh sebuah kerinduan yang teramat dalam
kerinduan yang seolah memanipulasi kehidupan nyataku.
seolah aku tersihir oleh raganya, kelembutan hatinya, knp tidak?
disaat banyak orang yang tidak peduli dengan sekelilingnya
ia menyisihkan uangnya untuk seorang anak kecil
anak kecil itu berprofesi sebagai juru parkir di tempat yang kami sambangi.
ia membelikannya susu dan roti untuk penjaga kendaraan tersebut
hatiku melebur menjadi kebanggan kepada dirinya,
wajahku tak tersenyum namun hatiku tertawa lebar melihat kebaikan hatinya

jujur aku terkagum melihat aksinya
pertemuan kedua itu masih sama untuk diriku
tersipu malu untuk melihat wajahnya
tak berani untuk mengumpulkan senyawa untuk dihabiskan melihat wajahnya.
setiap hari kerinduan ku menumpuk
teramat pedih jika ku mengingat jumat itu
pedih bukan karena apa, namun karena aku melampaui batas keinginanku.
aku bahagia jumat itu, kita berbicara banyak dihadapan sebuah meja kotak dan beberapa batang rokok.

jumat apa perasaanmu sama dengan ku?
kembali lagi, aku terhempas tak bisa menjawabnya.
aku seperti mendapatkan jawaban jika ku berhadapan dengannya
jawaban yang selama ini aku ingin ketahui.
namun semua itu kandas dikala aku mengirimkan sebuah percakapan di contact bbm.
balasanmu dingin beda pada saat kita saling berbicara secara langsung.

jumat, yang aku tahu radar ini benar, berikan juga radarmu agar aku tahu siapa kamu.
jumat aku mau memulainya, namun aku juga siap berhenti jika kamu memang tak seperti yang dikatakan indera firasatku.
jumat kamu tahu? hanya tidur yang mampu menghapus mu dari sel otak ketidakwarasan ini.
ketika aku bangun dari tidur nanti ketidakwarasan ku kembali berlanjut.
di paha dan dada ayam yang kita makan saat itu terselip sepotong rindu terbesit.

dan dihari ulang tahun ku saat ini, izinkanlah aku menulis kesemerawutan hati, jiwa dan pikiranku untuk mu jumat agung...

0 komentar:

Posting Komentar

 
;