7 hari dalam kalender hampir sudah
aku bertemu dengannya. Setidaknya dari 7 hari sudah 4 hari aku melihat mata
tajamnya, senyumnya dan suaranya. Jumat, sabtu dan yang terbaru ini senin dan
selasa. Nama-nama hari itu sudah terpaten dipikiran ku atas semua kejadian yang
telah terjadi bersamanya. Hari-hari itu mungkin tidak special untuk dirinya
namun berbeda dengan ku, aku seperti orang yang kehilangan akal sehat yang
selalu mengingat hari-hari itu disetiap kapanpun, mungkin jika ditanya ada
berapa hari dalam seminggu aku akan menjawab ada 4 yaitu senin, selasa, jumat
dan sabtu. Aku juga tidak mengerti mengapa tuhan masih berkenan untuk
mempertemukan aku dengannya, yang pasti Tuhan mengetahui apa yang sedang
terjadi disegala detail aspek kehidupan hambanya.
Hari itu, senin kami kembali
dipertemukan, dipertemukan kembali dalam situasi mencari pekerjaan, ya kami ada
psikotest kerja. Sebenarnya jadwal test aku dengannya berbeda , aku pagi hari
dan dia siangnya, aku jam 08.00 Wib dan ia jam 13.00 Wib. Namun seolah Tuhan
sudah membuat garisnya. Aku sampai tempat test itu jam 08.00 wib lewat 5 menit
tapi bodohnya aku lupa membawa berkas utk persyaratan test. Berkas itu aku
dapat dari email yang dikirim oleh perusahaan tempat aku test sebagai bukti dan
harus dibawa ketika test berlangsung. Alhasil aku harus mencari warnet
disekitar jalan raya gatotsubroto. Langkah kaki yang bergerak cepat seperti di
ikuti jambret dan air keringat yang bercucuran aku tak perduli, aku harus
mencari warnet untuk nge-print kembali surat keterangan test itu. Hampir
setengah jam bingung mencari warnet di dijalan raya yang notabennya jarang ada
di jalan umum kota besar, aku bertanya dengan orang-orang yang sedang berada
dijalan, akhirnya aku diberitahu ada warnet diperumahan warga yang lokasinya
lumayan jauh dari lokasi test. Sialnya warnet yang berhasil aku temui belum
buka, terpaksa aku mengetuk pintu agak kencang bisa dibilang agak menggedor.
Lama hampir 10 menit tak ada jawaban dari dalam, aku pesimis dan berfikir harus
mencari tempat lain, namun tiba-tiba dari dalam rumah tersebut terdengar suara
orang lagi membuka kunci pintu. Ahhh Alhamdulillah puji ku, “sebentar ya, baru
buka, lagi dihidupkan dulu internetnya” celetuk mas-mas penjaga warnet
tersebut. Tidak lama aku sudah mem-print surat itu, aku berlari kecil ke tempat
test, sesampainya disana dengan keringat yang over dosis keluarnya mbak-mbak
cantik tinggi semampai yang bertugas dimeja informasi mengatakan untuk test
yang jam 8 pagi sudah dimulai dari tadi karena aku telat, disarankan untuk ikut test
berikutnya jam 1 siang.
Dia belum datang saat itu, aku
menunggu lama …
Sampai akhirnya ia tiba dan aku kembali bertemu
dengannya. Rasa canggung ku menjadi pijakkan saat melihatnya kembali, mungkin
saat itu ia melihat raut wajahku yang tegang bercampur senang seperti orang
yang sedang menahan pub, mungkin. Pada saat kami ngobrol disaat itu juga ia
bertemu dengan teman kampusnya, teman kampusnya itu datang dengan temannya,
ternyata mereka ikut test juga. Aku
biarkan mereka berbincang-bincang dan duduk geletak di ubin depan lobby tempat
test kami, aku juga duduk namun tidak terlalu dekat, aku hanya menyaksikan
mereka dari belakang, aku juga tidak mau tahu apa yang mereka bicarakan. Namun aku
sedikit mendengar samar-samar jika ia meminta pin temannya temannya itu. Aku
hanya bisa menunduk dan rehat untuk berfikir, dalam hati mungkin ia suka dengan
orang itu. Aku layu siang ituSambil menunggu panggilan test, perut pun terasa lapar, kami mencari makan dan untungnya ia tidak mengajak teman-temannya itu untuk ikut makan, ah sedikit senang. Kami mencari tempat makan dan ketemulah kantin, dikantin itu terdapat banyak makanan mulai dari gado-gado hingga makanan padang. Ia menjatuhkan pilihan nya ke soto ayam dan aku lebih memilih bakso malang. Saat itu ia lagi tidak enak badan, ia pilek dan kepalanya pusing, aku tidak tega melihat dia sakit, pada saat itu aku ingin bilang sudah minum obat belum atau cepat sembuh yah, namun aku tidak berani melontarkan kalimat tersebut dari mulut ini. Setelah selesai makan kami kembali ketempat test, ada rasa teramat nyaman jika aku berada dekat dengannya, rasa yang tidak mau jauh darinya, sebuah rasa yang misterius. Aku … aku tidak yakin menyebutkan apa nama dari rasa ini. Misterius
Test pun tiba, dan ia memilihkan
tempat duduk untuk ku, tepat dibelakangnya. Dari belakang tubuhnya aku sanggup
menatap bahunya, rambutnya hingga punggungnya, namun aku tak bisa melihat
wajahnya. Didepanku ia tersiksa oleh penyakit pileknya, saat itu ruangan test
sangat dingin aku tak tega melihatnya. Test selesai dan kami pun bergegas
pulang, menuju lantai bawah karena tempat test kami berada dilantai atas kami
berbincang-bincang kembali soal pertanyaan-pertanyaan dari soal test itu, kami
tertawa dengan jawaban-jawaban yang menurut kami tidak yakin, sesampainya
dilantai dasar aku memutuskan untuk shalat ashar terlebih dahulu, yang aku
tangkap dari gelagatnya ia ingin menunggu aku shalat, tapi cepat-cepat aku
berkata kepadanya untuk pulang duluan, kami berpisah ditempat pintu lobby
gedung itu. Selesai shalat aku berjalan menuju tempat parkir motor, aku
berjalan lemas tak bergairah karena takut tidak lolos interview dan tidak
ketemu lagi dengannya. Sesampainya ditempat parkir mata ini seakan diarahkan
oleh aliran magnetik yang aku sendiri tak tahu aliran apa ini namanya, mata ini
di dorong agar melihat kearah tumpukan motor yang sedang antri keluar dan aku
melihatnya dia berada dalam antrian tersebut, sebaliknya ia melihat aku sedang
berjalan menuju motorku singgah. Mata kami bertemu, Aku hanya senyum melihat ia
melihatku, karena jarak antara aku dan dia cukup jauh, dia seperti berkata
sesuatu, aku hanya mengangguk-angguk kepala saja karena aku tak mendengarnya ia
berbicara apa. Pengumuman test hari ini akan diumumkan nanti malam dan kami pun
pesimis untuk lanjut tahap interview.
Malam hari tiba saatnya melihat
pengumuman, apakah aku dan dia lolos ketahap berikutnya, perasaan deg-degan
luar biasa, jantung mau keluar dari rongga dada. Klik aku menekan mousse dan
jrenggg nama kami berdua ada di web pengumuman Alvin simorang dan Shilla
framelia. Kami lolos tahap interview dan besok diharuskan hadir kembali
ditempat yang sama, senang rasanya, senang bukan karena lolos tahap selanjutnya
tapi karena aku akan bertemu kembali dengan alvin. Terima kasih tuhan, kami pun
janjian besok untuk hadir jam 12 siang.
Esoknya, selasa siang jam 11.00
wib, hujan mengguyur kawasan kebayoran lama, terpaksa aku meneduh menunggu air
langit berhenti turun. Tiba-tiba bb bergetar “dimana lu shil” alvin nge-bbm.
Jangan Tanya bagaimana perasaan aku saat itu, kalian pasti bisa menebak
bagaiaman rasanya, walau hanya bbm seperti itu pasti rasanya happy banget kan?
Apa lagi itu orang yang .. hmm.. orang yang kita taksir. “dikebayoran lama vin,
lagi neduh hujan disini, lu dimana?” ah aku tak tahu harus balas apa. “udah
nyampe gua, udah reda dimari” bls dia. “yaudah gua otw, udah redaan juga
disini” aku pun bergegas menggunakan jas hujan, kemeja aku lepas dan dimasuk
kan kedalam tas agar tak basah, kebetulan kemejanya aku dobble-in kaos. Sepatu
juga aku lepas dan dimasuk kan didalam jaket yang aku gunakan, terasa gendut
perutku, aku hanya menggunakan kaos kaki selama perjalanan. Saat itu sebenarnya
hujan masih cukup deras, namun karena ia sudah sampai aku cepat-cepat ingin sampai
disana dan bertemu dengannya. Itu namanya … ahh aku tak mau melanjutkan kalimat
tersebut.
Sebelum sampai tempat test, aku
mampir terlebih dahulu di pom bensin untuk mencuci kaki dan menggunakan sepatu
dan kemeja kembali, agar sampai sana terlihat sudah rapih. Setelah beres aku
melanjutkan, tempat testnya berada disamping pom bensin tempat aku mencuci
kaki. Sesampainya di tempat test aku menaiki escalator dan kembali aku
menangkap dua bola mata sedang memperhatikanku dari lantai atas, dia sedang
melihat ke arahku dan aku pun melihat ke arah dirinya, aku tersenyum ia
menganggukkan kepala, mata ini kembali diarahkan oleh sebuah alirah magnetik ke
arah dirinya. Canggung, itu kesan pertama saat bertemu kembali, gak bisa diam,
salah tingkah, aku memang manusia aneh yang tak bisa menutupi kecanggungannya.
Orang seperti ku ini wajib dijaga agar tidak punah. Namun saat itu aku sedikit
mencemberutkan hati, karena apa? Karena ia diatas sedang berdua dengan temannya
temannya dia yang kemarin (setau aku) yang dimintai pin bb olehnya. Mati dalam
hati. Daripada mengganggu mereka aku ingin turun kebawah saja, ingin shalat
dzuhur tapi aku kaget ia malah ikut aku untuk kebawah tidak menemani orang itu
di atas (mungkin sekarang gebetannya) aku terkejut. Atau itu hal biasa?. Aku
mencaci maki pikiranku sendiri. ia ikut ke bawah bukan untuk menunaikan shalat,
ia non muslim, tapi aku bangga terhadap dirinya. Ia menunggu ku didepan lobby,
ia duduk disana. Di dalam musholla aku menundukkan kepala diahadapan Allah, aku
berdoa agar aku bisa bertemu terus dengannya, bisa melihat senyum manisnya yang
berlsung pipi dan suaranya. Setelah selesai shalat aku duduk menghampirinya,
disampingnya aku kembali merasa nyaman, berharap waktu tidak cepat habis dan
pergi saat itu. Disamping kanan ku mata itu tajam menatap ku, tajam sekali,
tatapan yang aku rindukan sejak pertama kali aku bertemu dengannya, tatapan
penuh tanya atau mungkin tatapan keanehan, yang pasti aku suka dengan tatapan
mata itu. Tak ada 30 detik ia menatapku dari samping, aku menolehkan wajahku ke
wajahnya yang sedang menatapku, mataku bertemu matanya, saat bertemu ia
memalingkan wajah dan tatapan mata itu, aku menikmati tatapan itu, aku biarkan
tajamnya merobek jendela hati, biarkan ia merobeknya dan biar nanti aku yang
akan menjahit sobekan itu sendiri, aku masih terdiam menyaksikan.
Kami kembali keatas, menunggu
tahap interview, tidak ada bangku yang kosong saat itu bangku semua terisi oleh
manusia-manusia yang sedang mencari kerja termasuk kami, aku dan dia berdiri
bersandar ditembok bolak-balik tak jelas sampai akhirnya kami berdiri
bersampingan sambil merebahkan tubuh ke dinding, kami berbicara saling
berdekatan, saat itu jarak terdekat wajah kami saling menatap dan berbicara.
Aku mencium aroma parfum dari tubuh dan bajunya, saat ini aku merindukan
aromanya. Lama kami berdiri, akhirnya ia mendapatkan tempat duduk, aku masih
berdiri. Tiba-tiba bb ku bergetar, bbm darinya “shil kebelakang aja, deket
toilet”, aku juga sudah dapat tempat duduk namun jauh dari tempat ia duduk. Aku
senang ia bbm seperti itu, ia perduli terhadapku, namun aku belum tahu perduli
karena hanya menganggap teman atau lebih, aku ingin pernyataan yang kedua.
“kemari aja shil” ia bbm kembal, “ada bangku yang kosong?” bls ku. “geletak
dibelakang kosong sih” blsnya. Kembali aku bertanya, apa memang ia tak mau jauh
dari ku atau karena kasihan aku duduk sendiri, aku mengira pasti karena
pernyataan yang kedua. Aku menghampirinya dan aku beruntung melihat ada bangku
tak bertuan didekatnya, aku pun duduk disamping kedua darinya karena disamping
ia duduk sudah ada orang. Tak lama ia dipanggil terlebih dahulu untuk masuk interview, ia
melangkah ke depan, mataku tak sengaja mencarinya dan pada saat itu matanya
menemukan mataku yang sedang melihatnya, mata kami kembali bertemu. Dari jauh
ia sedikit menganggukkan kepala seolah berkata gua masuk duluan ya, aku pun
menganggukkan kepala ku sembari tersenyumm dan seolah berkata pula iyah
goodluck. Namun saat itu aku melihat tatapan mata kesedihan atau syahdu berbeda
dengan tatapan-tatapan sebelumnya. Ia pun memasuki ruangan interview, aku
sendiri menunggu diantara orang-orang pencari kerja. Sempat-sempatnya ia bbm
cumin bilang “duluan ye shil, masih antre lagi hahaha”, ini yang membuat aku
merasa ada sesuatu didirinya, namun aku juga yakin kalau itu hanya sekedar bbm
ke teman biasa. Bergejolak.
Hampir 1 jam namaku belum
dipangil-panggil, aku khawatir dia selesai terlebih dahulu, lalu pulang dan aku
sendirian. Benar saja sebelum aku masuk dia sudah keluar, "dimana
shil" ia nge-bbm. Kami bertemu ia menceritakan didalam ditanyai apa saja
oleh sang algojo penerima kerja. Setelah ia menceritakan ia izin utk makan
siang, krn ia belum sempat makan begitupula jg dengan aku. Tp aku tdk ikut
makan dgnnya krn takut namaku dipanggil. "Gua makan dulu shil, nti gua ke
atas lg, gua kesini lagi". Ia turun utk makan dan aku kembali duduk
menunggu panggilan, kenapa lama sekali namaku dipanggil pikirku, mungkin namaku
tak komersil utk dipanggil, atau berkas cv ku terselip dan terbuang masuk ke
tong sampah. Ada setengah jam aku masih menunggu, tiba2 bbm ku kembali bergetar
"udh msk shil?" Isi bbmnya. "Belum, lu mau balik?" Blsku.
"Gua diatas nih, lu dimana?". Ia berdiri didepan tangga eskalator,dan
aku menghampirinya, Kami bertemu kembali ia sudah selesai makan, dan sial
perutku lapar, aku memang blm sempet makan tadi. Kami berdiri mencari bangku yg
belum diduduki oleh orang2, dan kami menemukan bangku yang berada dipaling
belakang, duduk lah kami berdua saling berdampingan. Aku tak mengingat apa saja
yg kami perbincangkan, yg aku tau aku gak mau jauh dari tempat duduk itu atau
mungkin aku gak mau jauh dari hamba tuhan yg ada disampingku. Aku nyaman
didekatnya, aku ingin bersender dibahunya sambil menunggu antrian ini. Aku
terhipnotis olehnya. Tiba2 ia membisikkan ke kupingku, iyaa itu jarak terdekat
wajahnya berdekatan dengan wajahku, sangat dekat! "Sebelah kiri lu yg pake
baju merah,td didalem disuruh nyanyi", aku gak perduli ia membisikkan
apa, yg aku tahu itu jarak terdekat aku dengannya. Tuhan jangan cepat-cepat ia
selesai menjauhkan mulutnya dari telingaku. Aku ingin dekat seperti ini. Dekat
sekaliii.. Jika dalam tata surya planet mars pernah mendekati bumi dengan jarak
terdekatnya maka kejadian itu jarak terdekat wajahku berdekatan dengan
wajahnya. "Gua tungguin lu masuk sampe jam 4 ya shil", "yaelah
gpp vin,balik duluan jg gpp" "gak enak gua sama lu". Celotehnya.
Aku semakin yakin jika ia perhatian dengan ku, tp aku jg yakin ia menungguku
karena tidak enak hati , karena aku temannya. Disini naluri dan persepsiku
kembali bertengkar. Saat itu masih jam 15.30 wib, ia menemaniku hampir setengah
jam, "udh jam 4 vin, ggp balik duluan sana" aku berbicara padanya.
"Iya gampanglah shil, 10 menit lagi gua tungguin deh, kayanya lu sebentar
lagi dipanggil nih". Aku gak bisa ngomong apa-apa lagi, aku mau nangis,
aku lemas, gak perlu ia seperti itu seharusnya. Membuatku merasa ada yang aneh,
atau aku yang memang berlebihan menanggapinya, Aku tak membalas, aku hanya
diam, 10 menit terakhir itu kami sama2 diam. Sisa-sisa menit itupun datang "Gua
balik ya shil, gak enak gua sama lu nih" , "selau aja vin, gpp makasih
ya", "yaudah gua balik ya shil, nanti kabar-kabarin ajalah gimana",
"yo vin,semoga sukses". Ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan
aku saat itu, ada rasa sedih, krn aku berpisah dengannya, tapi aku kembali
berfikir kneapa ia rela menunggu ku walau tdk sampai aku masuk. Mungkin krn ia
tidak enak hati jika ia pulang duluan, aku mengompori diriku sendiri. Dari
belakang punggungnya aku melihat ia turun kebawah, aku terus menyaksikannya
hingga ia hilang dari penglihatanku. tak lama ia pergi namaku dipanggil
"shilla framelia" .aku pun masuk siap utk interview.
Selesai aku di interview, aku dikejtukan kembali oleh bbm nya "udh kelar bos", aku tersenyum membacanya, orang ini selalu penuh tanya. "Udeh om gak lama lu balik gua dipanggil" bls ku. Siapa yg tidak senang diperhatikan oleh orang yg sebenarnya kita mempunyai rasa, namun kita tidak berani untuk memperlihatkannya. Biarkanlah rasa ini tumbuh liar sampai nanti keliarannya tdk bisa utk di jinakkan. Sangat sulit saat ini utk mendefinisikan sebuah rasa yg semakin hari semakin tumbuh liar tak terpagar. Ketika kata nyaman terbaring lemah saat berada didekatnya, pada saat itu juga rasa menunjukan jati dirinya utk berkata lihat aku.
Cerita ini masih berlanjut apakah mereka sama-sama diterima kerja? Atau meungkin diantara mereka harus ada yg diterima dan hrs ada yg tidak diterima atau mungkin mereka berdua sama-sama tdk lulus interview. Soon "40 jam"